Selasa, 30 Juni 2015

kemuliaan puasa ramadhan

Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah:
Tentunya kita fahami bahwa seagung – agung kemuliaan (dari semua bulan adalah) Ramadhan, Ramadhan ini untuk Sayyidina Muhammad SAW. (kemuliaan puasa ramadhan tidak diberikan pada ummat lain) Maka hakikat kemuliaan ini pun bisa dilihat dan bisa kita temukan dalam tuntunan Sang Nabi. Dalam ucapan Sayyidina Sahl bin Sa’ad Radiyallahu ‘anhu diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari.
كُنْتُ أًتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِيْ أَنْ أَدرَكَ السُّجُوْدَ معَ رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“aku makan sahur dengan keluargaku, lalu aku bersegera untuk mendapatkan sujud (shalat fajar) bersama Rasulullah SAW “ (HR. Bukhari ).
Sunnah nya sahur itu bukan setengah dua atau setengah tiga, sahur itu sunnah nya dekat kepada waktu imsak, makin dekat dengan waktu imsak makin baik demikian pahalanya. Tapi Sahabat Sahl bin Sa’ad ini justru sahurnya di waktu yang awal, kalau waktu kita setengah dua atau setengah tiga.
كُنْتُ أًتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِيْ أَنْ أَدرَكَ السُّجُوْدَ معَ رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Aku kalau sahur di awal waktu, bukan di akhir waktu..kenapa? karena aku sahur bersama keluargaku lalu aku terburu – buru mendatangi masjid nabawi karena rumahku jauh, untuk mendapatkan sujud bersama Nabi Muhammad SAW, tuk mendapatkan shalat shubuh Ramadhan bersama Rasulullah SAW “.
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian para sahabat radiallahu ‘anhum wa ardhaahum, di dalam kemuliaan cinta mereka kepada Sang Nabi. Dan Rasulullah SAW bersabda diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ، فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
untuk orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan; gembira saat berbuka puasa sudah lepas waktunya menahan haus dan lapar dan segala larangan puasanya, dan kegembiraan yang kedua saat dia berjumpa dengan Allah.
فرح بصومه
(gembira dengan puasanya)
apa makna kalimat ini? Maknanya, Orang yang menghadap Allah sedangkan dia dari kelompok orang yang banyak berpuasa , pasti dalam keadaan gembira saat menghadap Allah , bukan dalam keadaan risau , takut, dan sedih .Ini suatu jaminan agung, karena ketika seseorang menghadap Allah itu bergetar semua lutut ketika di panggil oleh Allah untuk mempertanggung jawabkan setiap nafasnya, ketika api neraka memanggil nama para pendosa, dan ketika di saat itulah Allah SWT berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi :
أًنَا اْلمَلِكُ، أَنَااْلمَلِكُ أَيْنَ مُلُوْكُ اْلأَرْضِ؟
( Akulah Raja, mana para penguasa dzalim di muka bumi ini..? ) (HR Shahih Bukhari). Di saat itu para raja dan penguasa berjatuhan tidak mampu berdiri dari takutnya kepada Allah.
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Kewibawaan Allah, yang ketika Nabiyullah Musa meminta kepada Allah untuk melihat Allah SWT, maka Allah SWT bertajallaa:
.فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكّا وَخَرَّمُوْسَى صَعِقًا ( الأعراف 143)
Wahai Musa kau melihat gunung di hadapanmu itu, kalau gunung itu bisa bertahan pada tempatnya maka kau bisa melihat Aku, maka (ketika) Allah bukakan satu hijab dari cahaya KeagunganNya) yang Tajallaa, Tajallaa itu menunjukkan cahaya keagunganNya,
جَعَلَهُ دَكًّا
( jadilah gunung itu lebur menjadi debu tidak tersisa sedikitpun dan tidak lagi terlihat )
وَخَرَّ مُوْسَى صَعِقًا
( maka Nabiyullah Musa pun roboh, pingsan ).
Keagungan Rabbul ‘alamin, di saat itu manusia berdiri di hadapan Allah SWT dalam keadaan risau , apakah dia akan ditempatkan di surga ataukah di neraka..
Dan mereka akan menemukan kesemua amal pahala mereka hadir bersama mereka, saat mereka dipanggil Allah. Fulan, di tempat ini…di hari ini…perbuatanmu ini…dihadapan Allah disaksikan oleh semua manusia yang pernah hidup dari zaman Nabi Adam sampai Nabi terakhir, oleh keluarganya, kerabatnya,temannya, musuhnya, semua melihatnya .
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Dalam keadaan seperti ini kalau muncul kerisauan di dalam hatimu, bagaimana keadaanku kelak saat aku berhadapan dengan Allah ?! Rasul menjawabnya ; Orang – orang yang banyak berpuasa
” فرح بلقاء ربه فرح بصومه “,
mereka gembira tidak bersedih , tidak juga takut
” لَايخَافُوْنَ وَلَا يَحْزَنُوْنَ “,
mereka tidak risau karena mereka banyak puasa di muka bumi, maka mereka masih gembira kata Rasul SAW di saat menghadap Allah , tidak bersedih tidak pula risau, gembira berhadapan dengan Rabbul ‘alamiin. Semoga aku dan kalian menghadap Allah dalam keadaan gembira, walaupun barangkali puasa kita belum sempurna. Semoga Allah membalasnya dengan kasih sayang dan rahmatNya hingga sempurna.

Wallahu'alam
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim

0 komentar:

Posting Komentar

Google Santri