Selasa, 30 Juni 2015

Resep jitu Dapat Berjumpa Rasulullah SAW



Sayyidil Habib Ali al-Jufri:

Allah tunjukkan kepada orang-orang beriman, jalan untuk bisa menjadi orang yang beruntung dan mulia: kehormatan untuk bisa bersama dengan Nabi Muhammad ﷺ.

Allah berfirman:


ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين ۚ وحسن أولئك رفيقا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(an-Nisa'69).

محمد رسول الله ۚ والذين معه ...

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia... (Al-Fath,29),

يوم لا يخزي الله النبي والذين آمنوا معه ۖ نورهم يسعى بين أيديهم وبأيمانهم

pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,(al-Tahrim,8).

Bagaimana seseorang bisa bersama Nabi ﷺ ?

1.Dengan mencintai nya,
Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seseorang akan bersama dengan orang yang di cintainya, (Riwayat Bukhari dan Muslim).

2.Dengan banyak bersholawat padanya.
Beliau ﷺ bersabda :

“Orang yang paling dekat dengan ku pada yaumil hisab adalah orang yang paling banyak melimpahkan sholawat untukku.(Al-Tirmidhi dan Ibn Hibban).

3.Dengan berperilaku baik (berakhlak mulia).
Junjungan kita, Nabi ﷺ bersabda, (dan semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam orang yang dimaksud beliau),:

“Yang terdekat dari kalian dengan ku pada yaumil akhir adalah mereka yang memiliki akhlakul karimah-mereka yang bisa didekati dan yang mudah bergaul dengan orang lain dan sesiapa yang orang lain pun mudah bergaul dengannya.(Ahmad, al-Tabarani, al-Tirmidhi dan Ibn Hibban)

4.Dengan mengikuti Sunnahnya dan taat padanya Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam,
Allah berfirman :

ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين ۚ وحسن أولئك رفيقا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(An-Nisa'i 69),

5.Dengan menjaga (berbuat yang baik) terhadap anak yatim
Nabi ﷺ bersabda:

"Aku dan mereka yang mengurus anak yatim akan seperti dua ini di surga." [Nabi berkata 'dua' sambil mendekatkan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya).(Bukhari),.
اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله
وصحْبه وسلِّم

- Cara Membersihkan Hati -

- Cara Membersihkan Hati -
by : Habib Ali al Jufri

Seorang petugas kebersihan yg bekerja di Thaba Foundation (lembaga dakwah milik Habib Ali al Jufri di Dubai, UEA) terheran-heran.. Dikarenakan..setiap pagi ia melihat toilet-toilet yg ada di kantor Thaba selalu bersih tanpa diketahui siapa yg membersihkannya, ia berfikir :
“siapa sih yg repot-repot bersihin toilet sebanyak ini, perasaan belum sy bersihin ?“

Hingga akhirnya disuatu malam, ia pulang lebih lambat dari biasanya, ia berkeliling di kantor Thaba, sudah tdk ada orang lagi di kantor itu, tiba-tiba ia mendengar suara dari arah toliet, ia mendekat, dan ia melihat ada seseorng yg sedang membersihkan lantai
tolilet, betapa kagetnya ia setelah mengetahui bahwa “pembersih toilet itu"adalah Bos Thaba Foundation :'' haah.. Habib Ali al Jufri.. ?''

satu pertanyaan : “apa sih yg membuat Habib Ali mau capek-capek bersihin toilet kantornya sendiri ? bukankah masih ada hal lain yg lebih bermanfaat ?
jawabannya mungkin adalah, hal yg pernah di lakukan oleh salah satu
gurunya, Syaikh Mutawalli As Sya'rowi (ulama besar mesir di zamannya), saat itu supir beliau tdk sengaja melihat beliau membersihkan toilet-toilet masjid, si supir bertanya :
''Syaikh..mengapa syaikh membersihkan toilet-
toilet masjid..?''

beliau menjawab :

“ Tadi..ketika aku melihat orang-orang menangis dikrnkan mendengar ceramahku, aku merasa ada sifat sombong dan ujub(jumawa) di hatiku, skrg aku ingin menghinakan diriku (agar aku tdk lupa siapa diriku yg hina ini)“
•benarlah kata Imam Ghazali, semakin tinggi ilmu seseorg, semakin dekat ia kpd Allah, maka akan semakin besar pula sifat tawadhu' dan rendah hatinya, mereka para awliya' adalah contoh dari orang-orang yg benar-benar “merendah“ krn Allah, mereka adalah orang-orang selalu
mementingkan kebersihan “hati“, tdk ada iri, tdk ada benci, dan tdk ada dengki..

Pentingnya Ramadhan

Ramadhan Kariim bersama
Sayyidil Habib Ali Al Jufri:

Jangan biarkan seharipun Ramadan lewat dan Anda tidak meminta pengampunan Allah, hiasi setiap hari anda dengan permohonan/doa sehingga meningkatkan kecintaan Allah padamu, Ramadan adalah kesempatan Anda untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah. karena rahmat Allah banyak turun di bulan suci ini, yang datang mengetuk hati banyak orang untuk membuka/membaca kitab-Nya, juga dari Rahmat Nya lah banyak dari hamba Nya yang mau meluangkan waktu untuk berdiri dan bersujud memuji ke agungan Nya serta memohon pengampunan Nya..
Perhatikan tiga hal di bawah ini:

1. Banyak berdoa dan bermohon setiap selesai melakukan ibadah (sholat,ngaji,puasa dll) Meminta Allah untuk membantu Anda dalam pengabdian dan ketaatan karena hanya melalui kemurahan-Nya Anda mampu untuk beribadah. Nabi berkata kepada Muadh ibn Jabal:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا مُعَاذُ, والله إِنِّي لَأُحِبُّكَ, والله إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ » [أخرجه أبو داود]

"Wahai Mu'adz, demi Allah aku mencintaimu, demi Allah aku mencintaimu". Lalu berpesan: "Aku wasiatkan untukmu wahai Mu'adz supaya tidak pernah meninggalkan tiap kali selesai sholat untuk berdo'a: "Ya Allah, berilah aku pertolongan untuk selalu mengingatMu, bersyukur serta baik dalam beribadah". HR Abu Dawud no: 1522.

Perkataan ini dikenal sebagai hadits Lingkaran Cinta, ketika Muadh mengajarkan doa kepada orang lain ia pertama kali akan mengatakan "Demi Allah aku mencintaimu! Jadi jangan meninggalkan (Doa diatas Allahumma a'inni 'alaa dzikrika wasyukrika wahusni 'ibaadatik)"dan mereka yang diajarkan muadz juga akan memberitahu orang-orang yang datang setelah mereka," Kami mencintaimu! Jadi jangan meninggalkan mengatakan doa ini ... "Dst

2. Jaga seerat eratnya pandangan Anda, pendengaran, dan bicara Anda - siang dan malam. Lindungi mereka dari melihat, mendengar dan mengatakan hal-hal yang akan mengecewakan Allah - ini akan menyebabkan semua hal baik menghampiri Anda sebagai akibat dari anggota tubuh Anda sedang dijaga.

3. Berjuang untuk hadirkan Allah dalam ibadah, jangan biarkan amalan ibadah anda menjadi cangkang kosong penuh pemikiran tentang urusan duniawi. Ketika Anda membaca Quran, tidak ada huruf yang Anda baca melainkan adalah kata-kata Allah untuk Anda! Ambillah pelajaran dari sahabat Ikrimah, Sahabat Nabi yang ketika menyentuh Qur'an dan saat matanya jatuh pada surat-surat Al-Qur'an ia akan begitu terpesona dan berseru takjub: "Kalamu Rabbi! Kalamu Rabbi! Kalamu Rabbi! "..." Kata-kata Tuhanku! Kata-kata Tuhanku! Kata-kata Tuhanku! "Dan air mata akan mulai jatuh dari matanya dan kemudian dia akan pingsan saking terpesona sebelum ia bahkan mampu membaca kata-kata tercinta Allah tsb.

Ketahuilah bahwa untuk menghadirkan Allah dalam Ibadah bukanlah hal yang mudah, tidak langsung datang dan dibutuhkan sedikit kerja keras, berusahalah setiap hari meski pada awalnya hati Anda jauh - terus berdoa dan membuat doa dalam keadaan ini, keinginan untuk menghadirkan Allah akan datang perlahan-lahan setelah perjuangan.

Allah berfirman: "Mereka yang berjuang dijalan kami, sesungguhnya kami akan membimbing mereka untuk datang pada kami! "
Jangan melepaskan kesempatan untuk mendapat pengampunan dan kemuliaan bulan ramadan.
Jibril datang kepada Nabi dan mengatakan kepadanya "Semoga dia bukanlah termasuk yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, katakan Aamiin!" Dan Nabi berkata "Aamiin" dan dalam hadis lain Nabi berkata: "Semoga dia bukanlah termasuk yang tidak diampuni di bulan Ramadan, karena jika dia tidak diampuni di bulan Ramadhan maka kapan lagi dia akan diampuni? "
Untuk menjelaskan hal ini, ada narasi yang mengatakan: "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman yang tulus, dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosa sebelumnya akan diampuni ...
اللَّهُمَّ يا اللهُ يا بَصِيرُ صَلِّ على عَبْدِكَ و حَبِيبِكَ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ البَصِيرُ و على آلِهِ و صَحْبِهِ و سَلِّمْ تَسْلِيماً و بِهِ بَصِّرْنِي بِكَ تَبْصِيراً

kemuliaan puasa ramadhan

Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah:
Tentunya kita fahami bahwa seagung – agung kemuliaan (dari semua bulan adalah) Ramadhan, Ramadhan ini untuk Sayyidina Muhammad SAW. (kemuliaan puasa ramadhan tidak diberikan pada ummat lain) Maka hakikat kemuliaan ini pun bisa dilihat dan bisa kita temukan dalam tuntunan Sang Nabi. Dalam ucapan Sayyidina Sahl bin Sa’ad Radiyallahu ‘anhu diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari.
كُنْتُ أًتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِيْ أَنْ أَدرَكَ السُّجُوْدَ معَ رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“aku makan sahur dengan keluargaku, lalu aku bersegera untuk mendapatkan sujud (shalat fajar) bersama Rasulullah SAW “ (HR. Bukhari ).
Sunnah nya sahur itu bukan setengah dua atau setengah tiga, sahur itu sunnah nya dekat kepada waktu imsak, makin dekat dengan waktu imsak makin baik demikian pahalanya. Tapi Sahabat Sahl bin Sa’ad ini justru sahurnya di waktu yang awal, kalau waktu kita setengah dua atau setengah tiga.
كُنْتُ أًتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِيْ أَنْ أَدرَكَ السُّجُوْدَ معَ رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Aku kalau sahur di awal waktu, bukan di akhir waktu..kenapa? karena aku sahur bersama keluargaku lalu aku terburu – buru mendatangi masjid nabawi karena rumahku jauh, untuk mendapatkan sujud bersama Nabi Muhammad SAW, tuk mendapatkan shalat shubuh Ramadhan bersama Rasulullah SAW “.
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian para sahabat radiallahu ‘anhum wa ardhaahum, di dalam kemuliaan cinta mereka kepada Sang Nabi. Dan Rasulullah SAW bersabda diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ، فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
untuk orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan; gembira saat berbuka puasa sudah lepas waktunya menahan haus dan lapar dan segala larangan puasanya, dan kegembiraan yang kedua saat dia berjumpa dengan Allah.
فرح بصومه
(gembira dengan puasanya)
apa makna kalimat ini? Maknanya, Orang yang menghadap Allah sedangkan dia dari kelompok orang yang banyak berpuasa , pasti dalam keadaan gembira saat menghadap Allah , bukan dalam keadaan risau , takut, dan sedih .Ini suatu jaminan agung, karena ketika seseorang menghadap Allah itu bergetar semua lutut ketika di panggil oleh Allah untuk mempertanggung jawabkan setiap nafasnya, ketika api neraka memanggil nama para pendosa, dan ketika di saat itulah Allah SWT berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi :
أًنَا اْلمَلِكُ، أَنَااْلمَلِكُ أَيْنَ مُلُوْكُ اْلأَرْضِ؟
( Akulah Raja, mana para penguasa dzalim di muka bumi ini..? ) (HR Shahih Bukhari). Di saat itu para raja dan penguasa berjatuhan tidak mampu berdiri dari takutnya kepada Allah.
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Kewibawaan Allah, yang ketika Nabiyullah Musa meminta kepada Allah untuk melihat Allah SWT, maka Allah SWT bertajallaa:
.فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكّا وَخَرَّمُوْسَى صَعِقًا ( الأعراف 143)
Wahai Musa kau melihat gunung di hadapanmu itu, kalau gunung itu bisa bertahan pada tempatnya maka kau bisa melihat Aku, maka (ketika) Allah bukakan satu hijab dari cahaya KeagunganNya) yang Tajallaa, Tajallaa itu menunjukkan cahaya keagunganNya,
جَعَلَهُ دَكًّا
( jadilah gunung itu lebur menjadi debu tidak tersisa sedikitpun dan tidak lagi terlihat )
وَخَرَّ مُوْسَى صَعِقًا
( maka Nabiyullah Musa pun roboh, pingsan ).
Keagungan Rabbul ‘alamin, di saat itu manusia berdiri di hadapan Allah SWT dalam keadaan risau , apakah dia akan ditempatkan di surga ataukah di neraka..
Dan mereka akan menemukan kesemua amal pahala mereka hadir bersama mereka, saat mereka dipanggil Allah. Fulan, di tempat ini…di hari ini…perbuatanmu ini…dihadapan Allah disaksikan oleh semua manusia yang pernah hidup dari zaman Nabi Adam sampai Nabi terakhir, oleh keluarganya, kerabatnya,temannya, musuhnya, semua melihatnya .
Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah..
Dalam keadaan seperti ini kalau muncul kerisauan di dalam hatimu, bagaimana keadaanku kelak saat aku berhadapan dengan Allah ?! Rasul menjawabnya ; Orang – orang yang banyak berpuasa
” فرح بلقاء ربه فرح بصومه “,
mereka gembira tidak bersedih , tidak juga takut
” لَايخَافُوْنَ وَلَا يَحْزَنُوْنَ “,
mereka tidak risau karena mereka banyak puasa di muka bumi, maka mereka masih gembira kata Rasul SAW di saat menghadap Allah , tidak bersedih tidak pula risau, gembira berhadapan dengan Rabbul ‘alamiin. Semoga aku dan kalian menghadap Allah dalam keadaan gembira, walaupun barangkali puasa kita belum sempurna. Semoga Allah membalasnya dengan kasih sayang dan rahmatNya hingga sempurna.

Wallahu'alam
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim

<== Manhaj Dakwah ==>

Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz
--Manhaj Dakwah--
Kaum Muhajirin menjadi miskin karena memberikan dan meninggalkan hartanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan kaum Anshor mendermakan harta dan rumah mereka untuk Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah meridhai mereka semua. Kaum Anshar mengasihi saudara-saudara mereka kaum Muhajirin.
Beginilah orang-orang yang Shadiq bersikap. Mereka meletakkan perintah Allah di atas hubungan kekerabatan, di atas adat, di atas norma (qawaid), di atas segala sesuatu. Mereka bahkan rela menanggung siksa karenanya.
Sayyidina Ammar, Sayyidina Yasir, Sayyidatina Sumayyah, Sayyidina Bilal dan yang lain, semuanya mengalami penderitaan dalam berdakwah.
Namun sekarang dakwah menjadi mudah. Kita tidak mengalami kesulitan seperti yang mereka alami. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan.
Oleh karena itu, jika kau dengar ada seseorang yang berbicara buruk tentangmu, maka berbahagialah, jika ada seseorang yang mengganggumu, maka berbahagialah dan berbuat baiklah kepadanya. Sebab, inilah tanda Shidq (kebenaran), tanda kesuksesan, tanda keberuntungan dan tanda keselamatan.
Kaum Shalihin merasa ringan mengorbankan diri dan harta mereka untuk kepentingan dakwah. Mereka mengajak masyarakat untuk kembali ke jalan Allah dan memeluk agama Nabi Muhammad (Shallallahu 'alaihi wa sallam), bukan untuk mengambil sesuatu dari mereka, bahkan memberi mereka.



Wallahu'alam
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim

Kamis, 18 Juni 2015

Kesamaan Indonesia dan Negara Islam Saat Rasululah Saw

Kesamaan Indonesia dan Negara Islam Saat Rasululah Saw

indonesiaNegara Kesatuan Republik Indonesia ini mempunyai kesamaan dengan negara Arab yang dibangun oleh baginda Nabi Muhammad Saw. Dahulu kala, telah terjadi peperangan besar antara bangsa penjajah. Yaitu, Romawi dan Yunani (Persia), yang mengakibatkan kekalahan pada salah satu pihak sehingga wilayah penjajahan menjadi milik yang menang. Perang besar itu dimenangkan oleh bangsa Yunani. Maka bangsa penjajah yang berkuasa di Semenanjung Arab adalah bangsa Yunani. Di waktu itu bangsa Romawi yang mewakili negara Barat beragama Kristen. Dan Yunani yang mewakili Timur beragama penyembah Matahari atau Api serta Berhala. Kekuasaan yang dinikmati oleh Yunani berlangsung kurang lebih tujuh tahun. Namun, akhirnya terjadi perang besar lagi. Di peperangan ini, kemenangan berada di pihak Romawi. Ironisnya, ketika bangsa Romawi ingin menjajah bangsa Arab lagi, Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Sehingga, penjajahan menjadi terbengkalai.

Adapun , sejak dahulu merupakan negara jajahan milik Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad. Penjajahan Belanda ini terjadi sangat lama sekali. Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang beragama Kristen. Setelah Belanda mengeyangkan penjajahannya, akhirnya, Belanda diusir dari negara Indonesia oleh penjajah Jepang. Dan yang berkuasa setelahnya adalah Jepang. Jepang merupakan negara Timur yang beragama Sinto (penyembah Matahari). Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung kurang lebih tiga setengah tahun. Pada akhirnya terjadilah Perang Dunia II. Jepang berada di pihak Jerman. Dan Belanda berada di pihak Sekutu. Dalam perang besar ini, pihak yang menang adalah Sekutu. Negara Jepang kalang kabut berhadapan dengan negara Sekutu. Akhirnya, Jepang harus menerima kekalahan yang begitu besar. Kota pusat industri Jepang, Nagasaki dan Hiroshima telah dijatuhi Bom Atum oleh Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.

Ketika Perang Dunia usai, Belanda ingin kembali ke tanah air Indonesia untuk menjajah lagi. Namun, oleh bangsa Indonesia dapat dibatalkan niatnya. Negara Indonesia ini sudah menggelar Proklamasi terlebih dahulu. Sehingga, yang ada dari bangsa Belanda adalah agresi militer untuk bangsa Indonesia. Tapi, hal itu bisa ditangkis oleh bangsa Indonesia. Mengenai keagungan ini Allah telah berfirman:

الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

"Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Rum : 1-4)

Perlu diketahui, bahwa kemerdekaan bangsa Arab itu didahului oleh peperangan antara bangsa Yunani dan Romawi. Hal ini mirip dengan kemerdekaan bangsa Indonesia yang didahului oleh peperangan antara Sekutu dan Jepang. Dan yang paling penting, bahwa Negara yang dibangun oleh Rasululah Saw itu adalah Negara yang gemah ripah loh jinawe, baldatun toyyibatun warobul ghafur. Pembangunan ini sebagaimana pembangunan yang ada pada negeri Saba yang merupakan negara islam yang makmur. Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15

"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun." (QS: Saba:15).

Sarang, 7 Juni 2009.
Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen saat ada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Source :http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/kesamaan-indonesia-dan-negara-islam.html

Kebenaran Janji Allah

Kebenaran Janji Allah

لا يشككنّك في الوعد عدم وقوع الموعود وإن تعين زمنه،
لئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتك وإخمادا لنور سريرتك
"Janganlah engkau ragu terhadap janji Allah disebabkan tidak adanya apa yang dijanjikan, walaupun sudah saatnya dipenuhi. Supaya hal tersebut tidak merusak bashirohmu dan memadamkan cahaya hatimu."
Dalam Al-Qur'an, Allah seringkali menebar janjiNya kepada kaum muslimin tanpa membatasinya dengan keharusan berdoa dan meminta kepadaNya. Tapi Allah mengharuskan' dzatNya sendiri untuk memenuhi janji tersebut jika memang kaum muslimin melaksanakan perintah-perintahNya dan tuntutan yang dibebankan ada mereka. Di antara janji Allah itu seperti firman Allah:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ (51) [غافر : 51]
Artinya: "Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)."
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً [النحل : 97]
Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan."
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد : 7]
Artinya: "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." Dan realitanya, pada zaman sekarang banyak kaum muslimin yang membaca ayat-ayat di atas dan janji Allah lainnya. Dia melihat bahwa janji-janji itu, atau mayoritas tidak terpenuhi pada hari ini. Orang-orang Islam tidak ditolong seperti yang dijanjikan Allah, sedangkan orang zalim bebas berkeliaran merampas hak orang lain. Mereka tidak dibinasakan oleh Allah sebagaimana yang telah dijanjikan. Apakah Allah telah mengingkari janjiNya? Tentu saja tidak karena hal itu mustahil bagiNya.
Maka dari itu, Imam Ibnu 'Athoillah mengingatkan mereka yang ragu-ragu terhadap janji Allah dengan mutiara hikmahnya di atas. Di antara kita mungkin ada yang berkilah: "Terang saja saya ragu-ragu terhadap janji Allah karena saya melihat sendiri keadaan yang berbeda dengan apa yang dijanjikan." Untuk menanggapinya kita berkata, orang yang terjangkit penyakit ragu-ragu terhadap kebenaran janji Allah adalah orang yang selalu menuntut haknya dari Allah, tapi dia sendiri tidak pernah berintropeksi terhadap dirinya. Sudahkah dia memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah kepada dirinya? Jika dia berkata lagi, "Kami adalah orang muslim, beriman, masjid-masjid kami dipenuhi orang-orang yang solat, kami berpuasa di bulan Ramadan, dan pergi haji pada bulan haji. Jadi kami sebenarnya sudah menjalankan kewajiban kami. Lantas dimana pertolonganNya kepada kami? Kami malah dikuasai musuh dimana-mana, mereka merampas hak kami dan menjajah negara kami."
Di sela-sela gugatannya, terlihat bahwa orang ini selalu mengedepankan hak-haknya serta mengabaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Dia malah mengungkit-ungkitkpd Allah atas amal ibadahnya berupa menghidupkan syi'ar Islam, meramaikan masjid, menghidupkan Romadlon dengan berpuasa, dan berhaji di ka'bah. Tapi dia melakukan itu semua tidak untuk memperbaiki akhlaknya, dia tidak peduli untuk menolong sesamanya dan melihat ajaran Islam yang semakin terpinggirkan. Dia tidak melakukannya demi melawan ajaran yang menghina Islam dan menganggap hukum Islam sebagai barang kuno yang membosankan. Tidak juga demi membuka kedok pemikiran Barat yang mengajak kepada modernitas, sekularisme, dan liberalisme yang mempunyai misi membebaskan dunia dari semua agama. Orang-orang seperti itu, yang menggugat janji Allah, adalah orang yang tidak mendapatkan hidayahNya, melecehkan hukum-hukumNya, dan sangat dangkal akan prinsip-prinsip agamanya sendiri. Orang itu akan merasa cukup dan puas jika sudah melakukan solat lima waktu, pergi haji, dan berpuasa di bulan Romadlon bersama yang lainnya.sehingga dia merasa berhak untuk menagih janji Allah kepadanya.
Padahal ketika seseorang sudah ma'rifat kepada Allah dan tidak tenggelam dlm kesibukan duniawiah, dia akan merasa bahwa hak Allah yang harus dipenuhi sangatlah banyak dan berat. Sehingga haknya sendiri terlupakan walaupun sebenarnya dia sudah layak untuk mendapatkannya.
Rasulullah saja, manusia yang paling ma'rifat kepada Allah, paling cinta dan paling takut kepadaNya, tapi beliau masih merasa bahwa ibadahnya belumlah maksimal dan sempurna, belum bisa syukur kepada Allah dan menunaikan hak-hakNya. Beliau selalu beristighfar, layaknya seorang pendosa yang sangat mengharapkan ampunan dariNya. Beliau pernah berkata:
إنه ليغان على قلبي، فأستغفر الله في اليوم والليلة مئة مرة
Artinya: "Sesungguhnya hati saya pernah tertutupi, lalu aku beristighfar kepada Allah seratus kali setiap hari."
Para ulama sholihin juga mengatakan hal yang semakna:
حسنات الأبرار سيئات المقربين
Kebagusan orang-orang soleh itu sama dengan kejelekannya muqorrobin (orang-orang yang didekatkan kepada Allah).
Imam Asy Syathibi berkata dalam kitab Muwafaqot: "Golongan pertama adalah orang yang beramal dengan ajaran-ajaran Islam tanpa adanya tambahan. Golongan kedua beramal disertai dengan rasa ta'dhim, takut, harapan, dan cinta. Rasa takut (khouf) merupakan cambuk yang mendorongnya untuk beribadah. Harapan (roja') menjadi pengendali yang menuntunnya, dan rasa cinta menjadi penyemangatnya. Orang yang takut (kho'if) akan beribadah dengan disertai kepayahan. Hanya saja rasa takut itu akan menjadikannya merasa enteng menghadapi hal yang lebih ringan, walaupun hal itu sebenarnya berat. Adapun orang yang mempunyai rasa cinta, dia beramal dengan mengrahkan segenap kemampuannya tanpa beban karena rindu terhadap kekasihnya sehingga semuanya terasa ringan dan dekat. Dia pun tidak akan melihat dirinya sebagai orang yang telah menunjukkan rasa cintanya dan mensyukuri nikmat."
Pada dasarnya Allah tidak akan mengingkari janjiNya kepada orang yang telah melaksanakan syarat-syarat dengan benar dan ikhlas. Hanya saja orang yang mengetahui syarat itu dan mampu melaksanakannya hanyalah orang yang ma'rifat kepada Allah dan hatinya dipenuhi oleh rasa cinta dan ta'dhim kepadaNya. Mereka bukan orang yang bermu'amalah dengan Allah hanya sebatas melaksanakan rukun-rukun Islam saja dan selalu menghitung-hitung amal yang sudah dikerjakannya, seperti yang dikatakan Imam Asy Syathibi. Mereka adalah orang yang benar-benar paham akan firman Allah:
ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ [إبراهيم : 14]
Artinya : "Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku."
Dan firmanNya yang lain:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ [البقرة : 40]
Artinya : "Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)."
Syekh Sa'id Romadlon Al Buthi menceritakan kisah menarik seputar tema di atas. Beliau diberi kabar oleh salah seorang tentara Syria yang kalah perang pada tahun 1967. Tentara itu pulang ke Damaskus bersama rombongan pasukannya. Di tengah perjalanan, waktu solat sudah masuk dan mereka pun mencari tempat yang layak guna melaksanakan solat. Pada saat mereka sedang khusyuk- khusyuknya, lewatlah di depad mereka sekelompok pasukan asing. Mereka tertarik melihat pemandangan di depan mereka. Setelah selesai solat, mereka bertanya: "Allah tidak menolong kalian dalam peperangan ini. Kenapa kalian tetap solat?"
Syekh Al Buthi berkata pada tentara itu: "Seharusnya kalian menjawab seperti ini: Kami solat sebagai bentuk syukur kami kepada Allah karena Dia tidak menyiksa kami dng kehinaan, kebinasaan, dan goncangan gempa. Tidak pula dengan hujan batu dari langit. Karena sebenarnya kami pantas mendapatkan hukuman yang lebih berat dari kekalahan ini."
Salah seorang wali yang soleh pernah ditanya seseorang: "Ya Syekh, sudilah anda untuk memperlihatkan salah satu karomahmu pada kami. Agar kami bertambah iman kepada Allah." Syekh itu berkata: "Bukankah kamu sudah melihat karomahku setiap waktu?" Orang itu berkata: "Kami tidak melihat karomah apapun, ya Syekh."
Syekh itu berkata lagi: "Bukankah kamu telah melihat diriku ini bebas berjalan di bumi ini tanpa ditenggelamkan ke dasar bumi oleh Allah? Tanpa dihujani dengan meteor dan api? Bukankah itu merupakan sebuah karomah (kemulyaan) dari Allah? Sebenarnya aku berhak untuk disiksa semacam itu sebab kelalaianku dan kelancanganku terhadap perintah-perintahNya. Akan tetapi Allah malah melindungiku dengan kasih sayangNya sehingga aku tidak dibinasakan seperti umat-umat terdahulu."
Apa yang dikatakan oleh wali ini keluar dari lubuk hatinya, bukan hasil rekayasa atau pura-pura. Perkataan semacam itu keluar dari orang yang hatinya penuh rasa ta'dhim dan takut kepada Allah. Apalagi jika orang itu merenungi ayat ini:
أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17) [الملك : 17]
Artinya : "Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?"
Sudah merupakan sunnatullah, bahwa Allah akan membiarkan orang-orang yang durhaka, memberikan seluruh kenikmatan dunia kepada mereka, dan menundukkan dunia sesuai dengan keinginan nafsu mereka, agar mereka tambah terlena dan lalai. Kemudian setelah mati, mereka akan disiksa dengan sangat pedih dan menyakitkan. Allah akan menyiksa mereka dengan siksaannya dzat yang maha kuasa dan maha perkasa. Renungilah ayat-ayat yang menerangkan sunnatullah ini:
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (3) [الحجر : 3]
Artinya : "Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)."
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ (42) [إبراهيم : 42]
Artinya : "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak."
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ (182) وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ (183) [الأعراف : 182 ، 183]
Artinya : "Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, nanti kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh."
Dan sunnatullah ini, beserta ayat-ayat di atas merupakan jawaban atas kenyataan yang kalian kita, yang membuat heran orang-orang bodoh. Kenyataan bahwa umat yang sesat dan berbuat lacut bebas berkeliaran dan mendapatkan kenikmatan dan kesenangan yang tak terhitung. Kenikmatan itu pada hakikatnya sangat sedikit dan tidak kekal, seperti yang dikatakan Allah. Jika waktunya tiba, dan tak ada yang tahu kecuali Allah, kenikmatan itu berubah menjadi kesengsaraan dan kebinasaan.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44) [الأنعام : 44]
Artinya : "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka binasa."
Jika sekarang ada orang yang berkata: Kenapa Allah menghalangi kami, orang Islam, dari janjiNya. Sedangkan mereka, orang zalim dan pembangkang, dimulyakan dengan diberi kenikmatan yang tidak pernah dijanjikan kepada mereka? Maka ketahuilah, ucapannya itu hanya akan menyebabkan terhapusnya bashiroh dan berpaling dari firman Allah, yang jika dia merenunginya, dia akan menemukan sunnatullah yang berlaku terhadap makhlukNya

Source : http://ppalanwar.com/index.php/news/787/15/Kebenaran-Janji-Allah.html

Google Santri