Jumat, 06 Februari 2015

Arti Islam dan Karakteristiknya

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على هذا النبي الكريم والرسول المبين نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد. فقد قال الله تعالى في كتابه الكريم: إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ {آل عمران: 19} وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ {آل عمران: 85} وقال الله تعالى فى أية أخرى: إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {النور: 51} وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ {النور: 52} Ma’asyiral muslimin sidang jum’at Rahimakumullahu, tema kita pada siang ini adalah Arti Islam  dan Karakteristiknya. “Islaam” menurut pemahaman yang benar, yakni pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memiliki 4 arti, yaitu: Pasrah, Tunduk, Taat dan Patuh. Karena di dalam pelajaran Sorof, ada penambahan أ (Alif Hamzah) dari asal kata“Islaam” tersebut, sehingga asal kata “Islaam” memang berbeda dengan asal kata “Selamat”. Asal kata “Islaam” itu sendiri di dalam pelajaran Sorof berasal dari : أسلم  — يسلم —  إسلام Aslama-Yuslimu -Islaamun unduhan (6)Karena makna “Islaam” adalah : Pasrah, Tunduk, Taat dan Patuh; maka itu merupakan kata yang bersifat aktif, yang membutuhkan subyek dan obyek untuk menyertainya. Penyebutan bagi pemeluk Islam , yaitu “Muslim”, maka seorang muslim adalah seorang yang pasrah, tunduk, taat, dan patuh. Pasrah kepada siapa? Tunduk kepada siapa? Taat kepada siapa? Patuh kepada siapa? Tentu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi “Muslim” adalah manusia yang berpasrah diri, tunduk, taat dan patuh kepada Allah Ta’ala. Jelas sekali berbeda dengan kata “Salima” yang merupakan kata bentuk pasif, maka kata “Aslama” adalah merupakan kata bentuk aktif. Kata “Aslama” memberikan implikasi bahwa seorang muslim itu haruslah aktif melakukan sesuatu (yaitu pasrah, tunduk, taat, dan patuh kepada Allah Ta’ala. Ketika ia telah menyatakan dirinya memeluk dienul Islam . Inilah pemahaman yang benar yakni pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terhadap kata “Islaam”. Jadi, sekedar ber-dienul Islam  seperti tertera dalam KTP, tidaklah menjamin seseorang akan otomatis memperoleh kenikmatan surga setelah hari kiamat nanti. Perhatikan dalam berbagai ayat di bawah ini, dimana nama “Al Islaam” itu sendiri adalah berasal dari Allah Ta’ala. بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allooh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al-Baqarah: 112) أَفَغَيْرَ دِينِ اللّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ “Maka apakah mereka mencari dien yang lain dari dien Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.” (Ali-‘Imran: 83) قُلْ أَغَيْرَ اللّهِ أَتَّخِذُ وَلِيّاً فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلاَ يُطْعَمُ قُلْ إِنِّيَ أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكَينَ “Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.“ (Al-An’aam: 14) وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَداً “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta`at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta`at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.”  (Al-Jin: 14) Demikian pula nama “Muslim” itu juga berasal dari Allah سبحانه وتعالى, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat dibawah ini, antara lain adalah  Al Hajj (22) ayat 78: س وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam dien (ini) suatu kesempitan. (Ikutilah) dien orang tuamu Ibrohim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allooh. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”  (Al-Hajj: 78) رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ “Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”  (Al-Baqarah: 128) وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih dien ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk dienul Islam .”  (Al-Baqarah: 132) وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ “ Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkullah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (Yunus: 84) Karakteristik Dienul Islam Di masa Orde Baru anak-anak SD diajarkan dengan logika yang sangat rapuh bahwa semua agama itu sama. Seolah-olah mereka diajarkan melihat kambing, sapi, kuda, kucing, anjing semuanya sama. Padahal Islam  mempunyai karakter yang berbeda dengan agama yang lain. Diantara karakteristik Islam  adalah: 1.       Rabbaniyah Kata “Rabbani” menunjukkan kedekatan yang sangat kuat dengan Rabbul Izzati, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang dimaksud Rabbaniyah meliputi 2 hal : a.    Rabbaniyah Al-Masdar: Rabbaniyah dalam sumber ajaran. Dalam agama selain Islam , biasanya nama agama tersebut dinisbatkan kepada nama penyerunya atau nama daerah asal kemunculannya. Misalnya Budha, yang diambil dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama dan sebagainya. Ajaran Islam  bersih dari unsur campur tangan manusia. Islam  murni datang dari Allah Ta’ala. Bahkan nama “Islam ” adalah nama yang berasal dari Allah Ta’ala, bukan dari manusia. Selain sumber ajaran Islam  hanya dari Allah Ta’ala, metode (manhaj) untuk menerapkan ajaran tersebut juga ditetapkan oleh Allah. Sehingga metode untuk melaksanakan Islam  bukanlah sebuah rekayasa yang dipengaruhi oleh faktor individu, keluarga, golongan, ataupun bangsa. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun hanya sebatas utusan yang menyampaikan risalah Islam  kepada segenap umat manusia. Maka ketika seseorang yakin bahwa Islam  murni dari Allah Ta’ala, dan memahami bahwa Allah Maha Mengetahui segala kebutuhan kita, Maha Bijakasana dan Maha Kuasa serta Maha Segalanya maka akan muncul sebuah keyakinan yang sangat kokoh bahwa hanya Islam lah agama yang benar. إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ {آل عمران: 19} “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam .” (Ali-Imran: 19) وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ {آل عمران: 85} “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam , maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali-Imran: 85) Allah Ta’ala juga berfirman: “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya….”  (Asy-Syura: 13) Islam  adalah syareat dari Allah Ta’ala termasuk kepada Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan para Nabi-Nabi lainnya. Masalahnya adalah agama lain sudah terkontaminasi dengan hawa nafsu manusia dan tidak murni lagi dari Allah Ta’ala, kecuali Islam , karenanya Islam  adalah agama Rahmatan lil alamin. b.   Rabbaniyah Al-Ghayah: Rabbaniyah dalam Tujuan Dalam Islam , tujuan akhir dari semua peribadatan adalah Allah Ta’ala. Dalam ajarannya ada ketentuan tentang halal, haram, wajib, sunah, mubah, dan sebagainya. Itu semua dalam rangka agar manusia mendapat keridhaan Allah dengan berbuat ketaatan kepada-Nya dan tugas kita di muka bumi ini semata-mata untuk mengabdi kepada Allah Ta’ala. Kita shalat, puasa, zakat, haji dan beramal shalih tujuannya adalah untuk meraih ridha Allah Ta’ala. Ketika seorang mukmin mengetahui bahwasanya Islam  adalah untuk Allah Ta’ala, maka tidak ada apapun yang dilakukan dalam hidupnya kecuali semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Berbeda dengan konsep Atheis “dari kita, untuk kita, oleh kita,” ini bukan konsep Islam . Karena Islam  dari Allah dan akan kembali kepada Allah Ta’ala. Dalam ajaran Islam  terdapat tujuan-tujuan yang bersifat sosial kemanusiaan, misalnya bersedekah untuk meringankan beban orang lain, bekerja keras agar berhasil. Namun di atas semua itu, tujuan akhir manusia dalam mengarungi kehidupan adalah meraih ridha Allah Ta’ala.  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”  (Adz-Dzariyat: 56) 2.       Insaniyah (Kemanusiaan) “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba’: 28) Islam  bukan hanya untuk Arab melainkan untuk seluruh umat manusia. Islam  adalah agama yang mencakup semua aspek kehidupan dan Islam  juga memerintahkan pengikutnya untuk memiliki wawasan yang luas. Islam  memiliki masdar yang rabbani, yaitu dari Allah, pencipta alam semesta. Allah Ta’ala Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya, sehingga Islam  yang Allah turunkan di muka bumi sebagai aturan hidup bagi manusia merupakan pedoman hidup untuk meraih kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan dunia akhirat. Semua ajaran Islam  dapat dilaksanakan oleh manusia, karena dienul Islam  diturunkan oleh Allah Ta’ala sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia. Allah juga telah mengangkat rasul dari kalangan manusia biasa, yang tidak ada kelebihan mereka atas manusia yang lain kecuali karena mereka memperoleh wahyu dari Allah SWT. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat melaksanakan ajaran Islam . 3.       Syumuliyah (Universal – Integral) Islam  berasal dari Allah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, yang lahir maupun batin, di langit dan di bumi, serta seluruh sisi yang menyangkut kehidupan manusia. Karenanya aturan dan hukum yang akurat dan tepat adalah Islam . Keuniversalan Islam  menjadikan Islam  sebagai pedoman hidup bagi manusia yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Islam  tetap up to date sepanjang zaman. Firman Allah Ta’ala: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”  (Al-Anbiya :107). Islam  merupakan agama yang universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Dari akidah yang merupakan pondasi bangunan Islam , hingga masalah siyasah (politik). Islam  mengajarkan tentang bagaimana menjadi mahasiswa, dosen, guru, politikus, dokter, wartawan, advokat, petani, pedagang, dan karyawan yang Islam i, menekuni apa saja profesinya namun tetap dalam koridor yang telah digariskan dalam Islam . Merambah pada pensyariatan dari semenjak manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi, dan demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam  keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”  (Al-Baqarah: 208) 4.   Mudah untuk diterapkan Mudah dan lapang merupakan karakteristik Islam  yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam  dalam kondisi bagaimanapun. Manusia adalah makhluk yang mempunyai nafsu, ia bisa cenderung kepada kebaikan, serta bisa cenderung kepada syahwat dan dosa. Islam  memperhatikan hal tersebut, yaitu dengan mengarahkan dan menyalurkannya sehingga membawa mereka menuju keridhaan Ilahi. Islam  memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Islam  mewajibkan puasa Ramadhan, namun ada keringanan bagi para musafir untuk berbuka dengan mengqadha’nya di hari lain, atau shalatnya orang sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum dan lain sebagainya. 5.       Tawazun/ Seimbang (التوازن) Islam  merupakan agama yang tawazun (seimbang). Artinya Islam  memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal; antara dunia dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta antara spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan tawazun ini Islam  menginginkan tidak adanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran ingin memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam  adalah bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang mampu menunaikan seluruh haknya secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian seterusnya. 6.       Al-Adalah / Keadilan (العدالة) Karakteristik Islam  berikutnya, bahwa Islam  merupakan agama keadilan, yang memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang kafir, bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam , apalagi jika itu menyangkut orang lain. Kita diperintahkan Allah Ta’ala untuk menjadi umat  yang menegakkan keadilan.  Allah Ta’ala berfirman: اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan kalian pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Al-Maidah: 8) 7.  Islam  mengumpulkan 2 perkara Tsawabit (tetap) dan Murunah (fleksibel) Islam  adalah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman, bangsa dan berbagai macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik melainkan dengan agama Islam . Oleh karenanya, semakin modern zaman dan semakin majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan Islam  dan ketinggian nilainya. Yang tidak bisa berubah dalam Islam  adalah, namun dalam masalah muamalah maka Islam  adalah agama yang fleksibel selama tidak keluar dari koridor syareat. Demikianlah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam . Di luar ke tujuh karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam  lainnya. Ketujuh hal di atas hanyalah sebagai contoh saja. بارك الله لي ولكم في القرأن العظيم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم http://play.google.com/store/apps/details?id=com.muslimmedia.Khutbah1

0 komentar:

Posting Komentar

Google Santri